Rabu, 22 Februari 2012

Pendopo Kabupaten Purworejo


Pada saat berlangsung pembangunan Masjid Agung Purworejo, RAA Cokronegoro I masih bertempat tinggal di rumah pendopo yang lama. Yaitu rumah yang semula jadi Katemenggungan Brengkelan (Tanggung). Karena kayu jati Pendhowo jumlahnya sangat banyak, maka setelah selesai pembangunan Masjid Agung kemudian kayu-kayu tersebut digunakan untuk membangun Pendopo Kabupaten.

Berdasarkan naskah Bappeda Purworejo, Pendopo Kabupaten dibangun tahun 1840. Setelah Pendopo Kabupaten dibangun, rumah pendopo yang lama diwariskan kepada menantunya dan kemudian di pindah ke Kampung Suronegaran. Pendopo Kabupaten yang lama kini bisa dilihat di Hotel Suronegaran Purworejo. 

Tentu saja setelah sebelumnya dilakukan perbaikan lantaran pendopo tersebut sempat terbekelai puluhan tahun tidak terurus. Pendopo lama yang berukuran 12 X 12 dan berbentuk joglo tersebut juga terbuat dari kayu jati, hanya saja tidak jelas asal usul kayu jati itu. Joglo Pendopo Kabupaten Purworejo memang mirip dengan bangunan Pendopo Kraton Surakarta. Berdiri diatas tanah seluas 240 x 260 meter. 

Letaknya berada di sebelah utara alun-alun, dengan orientasi arah selatan. Sebelah depan berhalaman luas, dibatasi pagar tembok setengah dinding dengan gapura joglo ditengahnya. Secara umum bangunan terbagi menjadi dua bagian, yaitu bangunan pendopo dengan bangtunan induk yang dihubungkan dengan selasar atau galery.

 Pendopo kabupaten Purworejo merupakan bangunan terbuka tanpa dinding. Saat sekarang atap joglo sudah ditutup dengan genteng plenthong kodhok. Lantainya cukup tinggi dibanding tanah dengan tiga trap undhakan dan sudah dipasang tegel. Atap utama ditopang oleh empat soko guru, 12 soko rowo dan 20 sosko emper dari kayu jati persegi serta soko goco yang terbuat dari besi. Siko guru dihiasi dengan ornamen warna emas, berdiri diatas umpak batu dengan mustaka melebar yang dihiasi dengan motif daun. 

Baik soko emper maupun soko rowo dihubungkan dengan balok gantung. Pada pertemuan soko rowo dan murplat dihiasi ornamen yang sekarang dicat warna emas. Pada sisi utara dan sebagian sisi timur serta barat terdapat pagar kayu berornamen. Bangunan induk atau rumah dinas bupati, merupakan bangunan tempat tinggal bupati. Bangunan ini dihubungkan dengan selasar, atap pelana ditutup dengan genteng yang ditopang dengan empat buah kolom kayu persegi.
Bangunan induk bentuknya persegi panjang dengan atap limasan majemuk. Bangunan induk dibatasi dinding tembok. Rumah dinas bupati mempunyai arti filosofis Kraton Surakarta. Sumbu imaginer “utara-selatan” menghadap selatan berarti menghadap Laut Kidul tempat bersemayamnya Nyai Roro Kidul yang dipercaya orang Jawa sebagai penguasa Laut Kidul.

Selain itu dengan menghadap selatan supaya tidak membelakangi Kraton Surakarta. Integritas langgam merupakan perpaduan antara gaya tradisional dengan gaya Indsche Architecture.
Menurut sejarah politik, pada masa itu sudah terjadi pergeseran pola tata kuno yang dikembangkan oleh kerajaan. Terjadinya pergeseran karena adanya kepentingan kerajaan dan kepentingan kolonial. 

Kediaman penguasa kolonial berada di sebelah selatan alun-alun menghadap utara. Sementara penguasa kerajaan di sebelah utara alun-alun menghadap selatan. Posisi tersebut bertujuan agar penguasa kolonial selalu bisa melakukan kontrol terhadap penguasa kerajaan. Pendhopo yang dibangun oleh Cokronegoro I itu kemudian dipugar oleh Cokronegoro II pada tahun 1891 sampai 1892. Hal itu ditunjukkan dengan candra sengkala : Wiku Wiwara Sarira Tunggal (1891) dan selesai dengan candra sengkala Nambah Trus Murti Ningrat (1892). Sampai sekarang Pendopo Kabupaten Purworejo warisan Cokronegoro I tersebut masih berdiri kokoh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar